Sabtu, 07 Juni 2014

Pendekatan Saintifik ( Scientific Method )

Pendekatan Saintifik  ( Scientific Method )


Materi ini saya anggap sebagai "pengayaan" buat guru. Mungkin sebagian guru sudah mengetahui dan mengamalkannya (dalam pembelajaran), sebagian lagi mungkin sudah mengetahui tetapi belum mengamalkannya, dan sebagian lagi mungkin belum mengetahui dan belum mengamalkannya.

Sebagai pemeran dalam kegiatan pembelajaran, sorang guru juga seorang pembelajar. Dengan menuliskan ini, saya juga mempelajarinya; kemudian membagikan tulisan ini untuk Anda.

Tulisan ini bersumber dari materi Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013 yang diproduksi oleh Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bagian tentang contoh penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, tidak saya sertakan karena sudah terwakili oleh tulisan ini.

 I.          Konsep Dasar  Pendekatan Saintifik
1.1       Definisi

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, mena- rik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.  

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, mema- hami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti meng- amati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.   Dalam melak- sanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan.  Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan.

Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975).
Pertama, individu hanya belajar dan meng- embangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya.
Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang me- rupakan suatau penghargaan intrinsik.  
Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan pene- muan.
Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.

Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseo- rang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa.  Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skema disebut dengan adaptasi.  

Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada dida- lam pikirannya.  Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri- ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada.  Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.

Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masa- lah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.  (Nur dan Wikandari,2000:4).

1.2       Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuanembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:

1)   untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2)  untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3)   terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebu- tuhan.
4)     diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5)   untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6)     untuk mengembangkan karakter siswa.

1.3       Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1)     pembelajaran berpusat pada siswa.
2)     pembelajaran membentuk students’ self concept.
3)     pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi kon- sep, hukum, dan prinsip.
5)      pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
6)      pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
7)     memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
8)     adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

II.           Langkah-langkah umum   Pembelajaran dengan   Pendekatan Saintifik



Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunak- an pendekatan ilmiah (saintifik).   Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. 

Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondi- si seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disa- jikan sebagai berikut.
  
2.1     Mengamati (observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Me- tode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.  Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pe- menuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.  

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru me- mfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (meli- hat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

2.2     Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk ber- tanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:  pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.  

Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu meng- ajukan pertanyaan secara mandiri.  Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan.  Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya ma- ka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.  Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

2.3     Mengumpulkan Informasi

Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.

Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebi- asaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

2.4     Mengelompokkan/Mengolah Informasi/Menalar

Kegiatan mengelompokkan/mengolah informasi/menalar dalam kegiatan pembelajaran sebagaima- na disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulk- an dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepa- da yang bertentangan. 

Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang di- harapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sis- tematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa penge- tahuan.  Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.  

Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.  Selama mentran- sfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pe- ngalaman sebelumnya yang sudah tersedia.

2.5     Menarik kesimpulan

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi.  Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu ke- satuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan

2.6       Menyampaikan (communicate)

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meng- komunikasikan apa yang telah mereka pelajari.  Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan me- nemukan pola.  Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar pe- serta didik atau kelompok peserta didik tersebut. 

Kegiatan ”mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah me- nyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

 III.       Penerapan pendekatan saintifik dalam  pembelajaran

Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.  Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembe- lajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran sis- wa apabila ada yang tidak hadir.

Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa.  Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu  konsep  dapat memahami konsep  tersebut, sedangkan siswa yang mengalami ke- salahan  konsep,  kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian aneh atau ganjil (discrepant event) yang dapat menggu- gah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.

Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasa- an pengalaman belajar (learning experience) siswa.  Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.

Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok.  Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.

Contoh kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup diberikan di bawah ini.

Contoh :
Kegiatan Pndahuluan
1.     Mengucapkan salam
2.     Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh siswa yang berhubungan dengan materi baru yang akan dibelajarkan. 
Sebagai contoh dalam mapel IPA, guru menanyakan konsep tentang larutan dan komponennya sebelum pembelajaran materi asam-basa.
Untuk IPS, misalnya menggunakan apersepsi tentang bencana banjir yang kerap terjadi. Di mana, kapan, dan mengapa bisa terjadi, siapa yang sering menjadi korban, apa yang dilakukan oleh masyarakat korban banjir ketika menghadapi bencana tersebut.
3.     Menyampaikan tujuan pembelajaran.


Contoh :  
Kegiatan Inti
1.     Mengamati
Dalam mapel IPA, guru meminta siswa untuk mengamati suatu fenomenon.   Sebagai contoh dalam mapel IPA guru meminta siswa untuk mengamati sifat larutan yang di- peroleh dari ekstrak buah belimbing atau tomat.  Fenomena yang diberikan dapat juga dalam bentuk video. Dalam mapel IPS contohnya adalah fenomena yang diamati adalah gambar-gambar (foto-foto, slide) tentang hutan yang gundul, hujan deras, orang mem- buang sampah sembarangan, sungai meluap, banjir besar.  slide, atau video klip seputar bencana banjir di suatu tempat.
2.      Menanya
Dalam mapel IPA, siswa mengajukan pertanyaan tentang suatu fenomenon. Sebagai con- toh siswa mempertanyakan Mengapa larutan ekstrak buah belimbing atau tomat memiliki rasa manis dan asin. Sebagai contoh di mapel IPS adalah Apakah sebab dan akibat banjir bisa terjadi di ruang dan waktu yang sama atau berbeda?
3.      Menalar untuk mengajukan hipotesis
Sebagai contoh, dalam mapel IPA siswa mengajukan pendapat bahwa rasa manis dan ma- sam pada larutan enkstrak buah belimbing atau tomat disebabkan oleh adanya zat yang memiliki rasa manis dan zat yang memiliki rasa asam. Pendapat siswa ini merupakan sua- tu hipotesis. Contoh hipotesis dalam mapel IPS adalah Banjir (akibat) dan penggundulan hutan (sebab) bisa: a) terjadi di tempat yang sama, b) terjadi di tempat berbeda.
4.      Mengumpulkan data
Dalam mapel IPA, siswa mengumpulkan data atau guru memberikan data tentang komponen-komponen yang terdapat dalam larutan ekstrak buah belimbing atau buah to- mat.
5.     Menganalisis data
Siswa menganalis data yang diberikan oleh guru.   Analisis data dalam IPS, misalnya siswa diajak untuk membaca buku siswa halaman 2-6 tentang konsep ruang, waktu, ko- nektivitas, dan interaksi sosial.  Konsep-konsep ini dihubungkan dengan informasi atau data awal, pertanyaan dan hipotesis, serta data yang terkumpul.

6.     Menarik kesimpulan
Dalam mapel IPA, siswa menarik kesimpulan berdasar hasil analisis yang mereka lakuk- an.  Sebagai contoh siswa menyimpulkan bahwa rasa manis pada larutan ekstrak buah belimbing atau buah tomat disebabkan oleh adanya gula, sedangkan rasa masam dise- babkan oleh adanya asam. Contoh bentuk kesimpulan yang ditarik dalam IPS misalnya hujan di Bogor menyebabkan banjir di Jakarta menunjukkan adanya keterkaitan antarru- ang dan waktu.
7.     Menyampaikan
Pada langkah ini, siswa dapat menyampaikan hasil kerjanya secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui presentasi kelompok, diskusi, dan tanya jawab.

Contoh : 
Kegiatan Penutup
1.     Dalam mapel IPA, misalnya guru meminta siswa untuk mengungkapkan konsep, prinsip atau teori yang telah dikonstruk oleh siswa.  Dalam mapel IPS, misalnya siswa diminta untuk menjelaskan contoh keterkaitan antarruang dan waktu, misalnya hubungan antar desa dan kota.
2.     Dalam mapel IPA maupun mapel lain, guru dapat meminta siswa untuk meningkatkan pemahamannya tentang konsep, prinsip atau teori yang telah dipelajari dari buku-buku pelajaran yang relevan atau sumber informasi lainnya. Contoh dalam mapel IPA di atas juga dapat digunakan dalam mapel IPS.
3.     Dalam mapel IPA, mapel IPS, dan mapel lain, guru dapat memberikan beberapa situs di internet yang berkaitan dengan konsep, prinsip atau teori yang telah dipelajari oleh siswa, kemudian guru meminta siswa untuk mengakses situs-situs tersebut.

IV.       Teknik  Penilaian dalam  Pembelajaran dengan  Pendekatan Saintifik

Penilaian pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi penilaian proses, penilaian pro- duk, dan penilaian sikap. Penilaian pada 3 aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.  Penilaian proses atau keterampilan, dilakukan melalui observasi saat siswa bekerja kelompok, be- kerja individu, berdiskusi, maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja.
b.     Penilaian produk berupa pemahaman konsep, prinsip, dan hukum dilakukan dengan tes tertulis.
c.  Penilaian sikap, melalui observasi saat siswa bekerja kelompok, bekerja individu, berdiskusi, ma- upun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap.

  V.     Rangkuman

1.     Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemiki- an rupa agar peserta didik secara aktif membangun konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganali- sis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

2.     Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik:
a.      berpusat pada siswa.
b.  melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c.      melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khu- susnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d.      dapat mengembangkan karakter siswa.

3.  Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman bela- jar pokok, yang terdiri dari:
a.      mengamati,
b.      menanya,
c.      mengumpulkan informasi,
d.      mengelompokkan, dan
e.      menyampaikan
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar peserta didik. Kegiatan tersebut merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: menga- mati, menanya, mengumpulkan, mengolah, dan menyampaikan informasi.

4.  Kegiatan Pembelajaran
Meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu
a. kegiatan pendahuluan,
Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembela- jaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
b. kegiatan inti,
Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa
c. kegiatan penutup.
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok.
Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa

Pustaka
[1] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013: Pendekat- an Saintifik, Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Jakarta: 2013.