Pendekatan Saintifik ( Scientific Method )
Materi ini saya anggap sebagai "pengayaan"
buat guru. Mungkin sebagian guru sudah mengetahui dan mengamalkannya (dalam
pembelajaran), sebagian lagi mungkin sudah mengetahui tetapi belum
mengamalkannya, dan sebagian lagi mungkin belum mengetahui dan belum
mengamalkannya.
Sebagai pemeran dalam kegiatan pembelajaran, sorang
guru juga seorang pembelajar. Dengan menuliskan ini, saya juga mempelajarinya;
kemudian membagikan tulisan ini untuk Anda.
Tulisan ini bersumber dari materi Pelatihan
Pendampingan Kurikulum 2013 yang diproduksi oleh Pusat Pengembangan Tenaga
Kependidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bagian tentang contoh
penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, tidak saya sertakan karena
sudah terwakili oleh tulisan ini.
I.
Konsep Dasar Pendekatan Saintifik
1.1 Definisi
Pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah,
mengajukan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, mena- rik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, mema- hami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan
saja, tidak bergantung pada informasi
searah dari guru. Oleh karena itu
kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta
didik dalam mencari tahu
dari berbagai
sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti meng- amati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melak- sanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan.
Akan tetapi
bantuan guru tersebut harus semakin berkurang
dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan.
Ada empat hal pokok berkaitan
dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975).
Pertama, individu hanya belajar dan meng- embangkan pikirannya apabila
ia menggunakan pikirannya.
Kedua, dengan melakukan proses-proses
kognitif dalam proses penemuan,
siswa akan memperoleh sensasi
dan kepuasan intelektual yang me- rupakan
suatau penghargaan intrinsik.
Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang
dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan pene- muan.
Keempat, dengan melakukan penemuan
maka akan memperkuat
retensi ingatan.
Empat hal di atas adalah
bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam
pembelajaran menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur
mental atau struktur kognitif yang dengannya seseo- rang
secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi
lingkungan sekitarnya (Baldwin,
1967). Skema tidak pernah berhenti berubah,
skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan
skema disebut dengan adaptasi.
Proses
terbentuknya adaptasi
ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi merupakan proses kognitif
yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus
yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum,
prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada dida- lam
pikirannya. Akomodasi
dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri- ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi
skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri
stimulus yang ada.
Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan
bahwa pembelajaran terjadi apabila
peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih
berada dalam jangkauan kemampuan
atau tugas itu berada dalam zone of
proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masa- lah
di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
(Nur dan Wikandari,2000:4).
1.2 Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik didasarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut.
Beberapa tujuanembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah:
1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa.
2) untuk membentuk
kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3) terciptanya kondisi
pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebu-
tuhan.
4) diperolehnya hasil belajar
yang tinggi.
5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6) untuk mengembangkan karakter siswa.
1.3 Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Beberapa prinsip pendekatan saintifik
dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) pembelajaran berpusat
pada siswa.
2) pembelajaran membentuk
students’ self concept.
3) pembelajaran terhindar
dari verbalisme.
4) pembelajaran memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi kon- sep, hukum, dan prinsip.
5) pembelajaran mendorong
terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar
siswa dan motivasi mengajar guru.
7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
8) adanya proses validasi terhadap
konsep, hukum, dan prinsip
yang dikonstruksi siswa dalam struktur
kognitifnya.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk
semua jenjang dilaksanakan dengan menggunak-
an pendekatan ilmiah
(saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach)
dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian
mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Untuk mata
pelajaran, materi, atau situasi tertentu,
sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondi- si
seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disa- jikan sebagai berikut.
2.1 Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Me- tode ini memiliki keunggulan tertentu,
seperti menyajikan
media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pe- menuhan
rasa ingin tahu peserta didik.
Sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat,
menyimak, mendengar, dan
membaca. Guru me- mfasilitasi
peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (meli- hat, membaca,
mendengar) hal yang
penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi
yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
2.2 Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas
kepada peserta didik untuk ber- tanya mengenai apa yang sudah
dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain
yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai
kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta
didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat
di mana peserta didik mampu meng- ajukan pertanyaan secara mandiri.
Dari
kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui
kegiatan bertanya dikembangkan
rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih
dalam bertanya ma- ka rasa
ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan
beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan
ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat.
2.3 Mengumpulkan Informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan
dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu
peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih
teliti, atau bahkan
melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul
sejumlah informasi.
Dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi
dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain
buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan
kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebi- asaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
2.4 Mengelompokkan/Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan mengelompokkan/mengolah informasi/menalar dalam kegiatan
pembelajaran sebagaima-
na disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses
informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulk- an dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi
dari berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai
kepa- da yang bertentangan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan
pola dari keterkaitan informasi
tersebut. Adapun kompetensi
yang di- harapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,
taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan
menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sis- tematis atas fakta-kata empiris
yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa penge- tahuan.
Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan
ilmiah banyak merujuk pada teori belajar
asosiasi atau pembelajaran asosiatif.
Istilah asosiasi
dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama
mentran- sfer peristiwa-peristiwa khusus
ke
otak, pengalaman
tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori
otak berelasi dan berinteraksi dengan pe- ngalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
2.5 Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah data atau informasi.
Setelah menemukan keterkaitan antar
informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu ke- satuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan
2.6 Menyampaikan (communicate)
Pada pendekatan saintifik
guru diharapkan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk meng- komunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan
melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan me- nemukan pola. Hasil
tersebut disampikan di kelas dan dinilai
oleh guru sebagai hasil belajar pe- serta didik atau
kelompok peserta didik tersebut.
Kegiatan ”mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah me- nyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya.
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa
yang baik dan benar.
III. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan
pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembe- lajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira
(mengucapkan salam), mengecek
kehadiran para siswa dan
menanyakan ketidakhadiran sis- wa apabila ada yang tidak hadir.
Dalam metode saintifik
tujuan utama kegiatan
pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai
yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan
dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu
konsep dapat memahami
konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami ke- salahan
konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan
pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian aneh atau ganjil (discrepant
event) yang dapat menggu- gah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.
Kegiatan inti merupakan kegiatan
utama dalam proses
pembelajaran atau dalam proses penguasa-
an pengalaman belajar (learning
experience) siswa. Kegiatan
inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan
kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu.
Kegiatan inti dalam metode saintifik
ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru
melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.
Kegiatan penutup
ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi
terhadap konsep,
hukum atau prinsip yang telah dikonstruk
oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran
yang dikuasai siswa.
Contoh
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup diberikan di bawah ini.
Contoh :
Kegiatan Pndahuluan
Kegiatan Pndahuluan
1. Mengucapkan salam
2. Guru mengingatkan kembali tentang
konsep-konsep yang telah dipelajari oleh siswa yang berhubungan dengan materi baru yang akan dibelajarkan.
Sebagai contoh dalam mapel IPA, guru menanyakan konsep tentang
larutan dan komponennya sebelum pembelajaran materi asam-basa.
Untuk IPS,
misalnya menggunakan apersepsi tentang
bencana banjir yang kerap terjadi. Di mana,
kapan, dan mengapa bisa terjadi, siapa yang sering menjadi korban, apa yang
dilakukan oleh masyarakat korban banjir ketika menghadapi bencana
tersebut.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Contoh :
Kegiatan Inti
Kegiatan Inti
1. Mengamati
Dalam mapel IPA, guru meminta
siswa untuk mengamati suatu fenomenon. Sebagai contoh dalam mapel IPA
guru meminta siswa untuk mengamati sifat larutan yang di- peroleh
dari ekstrak buah belimbing atau tomat. Fenomena yang diberikan dapat juga dalam bentuk video. Dalam mapel IPS contohnya adalah fenomena yang diamati adalah gambar-gambar (foto-foto, slide) tentang hutan yang gundul, hujan deras, orang mem- buang sampah sembarangan, sungai meluap, banjir besar.
slide, atau video klip seputar bencana banjir di suatu tempat.
2. Menanya
Dalam mapel IPA, siswa mengajukan pertanyaan tentang suatu fenomenon. Sebagai con- toh siswa mempertanyakan Mengapa larutan
ekstrak buah belimbing atau tomat memiliki
rasa manis dan asin. Sebagai contoh di
mapel IPS adalah Apakah sebab dan akibat banjir bisa
terjadi di ruang dan waktu yang sama atau berbeda?
3. Menalar untuk mengajukan hipotesis
Sebagai contoh, dalam mapel IPA siswa mengajukan pendapat
bahwa rasa manis dan ma- sam pada larutan enkstrak buah belimbing
atau tomat disebabkan
oleh adanya zat
yang memiliki rasa manis dan zat yang memiliki rasa asam. Pendapat
siswa ini merupakan sua- tu hipotesis. Contoh hipotesis dalam mapel IPS adalah Banjir (akibat) dan penggundulan hutan (sebab) bisa: a) terjadi di tempat yang sama, b) terjadi di tempat berbeda.
4. Mengumpulkan data
Dalam mapel IPA, siswa mengumpulkan data atau guru memberikan data
tentang komponen-komponen yang terdapat dalam larutan ekstrak
buah belimbing atau buah to- mat.
5. Menganalisis
data
Siswa menganalis
data yang diberikan
oleh guru. Analisis
data dalam IPS, misalnya
siswa diajak untuk membaca buku siswa halaman 2-6 tentang konsep ruang, waktu, ko- nektivitas, dan interaksi sosial.
Konsep-konsep ini dihubungkan dengan informasi
atau data awal, pertanyaan dan hipotesis,
serta data yang terkumpul.
6. Menarik kesimpulan
Dalam mapel IPA, siswa menarik
kesimpulan berdasar
hasil analisis yang mereka lakuk- an.
Sebagai contoh siswa menyimpulkan bahwa rasa manis
pada larutan ekstrak
buah belimbing atau buah tomat disebabkan oleh adanya gula, sedangkan rasa masam
dise- babkan oleh adanya asam. Contoh bentuk kesimpulan yang ditarik dalam IPS
misalnya
hujan di Bogor menyebabkan banjir di
Jakarta menunjukkan adanya keterkaitan antarru- ang dan waktu.
7. Menyampaikan
Pada langkah
ini, siswa dapat menyampaikan hasil kerjanya secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui presentasi
kelompok, diskusi,
dan tanya jawab.
Contoh :
Kegiatan Penutup
Kegiatan Penutup
1. Dalam mapel IPA, misalnya guru meminta
siswa untuk mengungkapkan konsep, prinsip atau teori yang telah dikonstruk oleh siswa. Dalam mapel IPS, misalnya siswa diminta untuk menjelaskan contoh keterkaitan antarruang dan waktu, misalnya hubungan antar desa
dan kota.
2. Dalam mapel IPA maupun mapel lain, guru dapat meminta
siswa untuk meningkatkan pemahamannya tentang konsep, prinsip
atau teori yang telah dipelajari dari buku-buku pelajaran yang relevan atau sumber informasi lainnya. Contoh dalam mapel IPA di
atas juga dapat digunakan
dalam mapel IPS.
3. Dalam mapel IPA, mapel IPS, dan mapel lain, guru dapat memberikan
beberapa situs di internet yang berkaitan dengan konsep, prinsip atau teori yang telah dipelajari oleh siswa, kemudian guru meminta
siswa untuk mengakses situs-situs tersebut.
IV. Teknik Penilaian dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Penilaian pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi penilaian
proses, penilaian pro- duk, dan penilaian sikap. Penilaian pada 3 aspek tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Penilaian proses atau keterampilan, dilakukan
melalui observasi saat siswa bekerja kelompok, be- kerja individu, berdiskusi, maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja.
b. Penilaian produk berupa pemahaman
konsep, prinsip, dan hukum dilakukan dengan tes tertulis.
c. Penilaian sikap, melalui observasi saat siswa bekerja kelompok,
bekerja individu, berdiskusi, ma- upun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap.
V.
Rangkuman
1. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang
sedemiki- an rupa agar peserta didik secara aktif membangun
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganali-
sis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang ditemukan.
2. Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki
karakteristik:
a. berpusat pada siswa.
b. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c. melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial
dalam merangsang perkembangan intelek, khu- susnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d. dapat mengembangkan karakter siswa.
3. Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik terdiri
atas lima pengalaman bela- jar pokok, yang terdiri dari:
a. mengamati,
b. menanya,
c. mengumpulkan informasi,
d. mengelompokkan, dan
e. menyampaikan
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar peserta didik. Kegiatan tersebut merupakan
rincian dari eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi, yakni: menga- mati, menanya, mengumpulkan, mengolah,
dan menyampaikan informasi.
4. Kegiatan Pembelajaran
Meliputi tiga kegiatan
pokok, yaitu
a. kegiatan pendahuluan,
Kegiatan pendahuluan bertujuan
untuk menciptakan suasana awal pembela-
jaran yang efektif yang
memungkinkan siswa dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
b. kegiatan inti,
Kegiatan inti merupakan
kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam
proses penguasaan pengalaman belajar (learning
experience) siswa
c. kegiatan penutup.
Kegiatan penutup ditujukan
untuk dua hal pokok.
Pertama, validasi terhadap
konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa
Pustaka
[1] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013:
Pendekat- an
Saintifik, Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Jakarta:
2013.