INI ALASAN KUAT
PERLUNYA MENGAWAL IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Apa alasan kuat implementasi
Kurikulum 2013 perlu dikawal dalam pelaksanaannya di 2014? Jawabnya satu, hasil
sensus kurikulum melibatkan sebanyak 76.735 responden di jenjang SD, SMP, SMA,
dan SMK.
Jumlah itu terdiri atas kepala
sekolah (6.326), guru (42.507), siswa (6.326), orangtua (8.924), pengawas
(6.326), dan komite sekolah (6.326), serta menunjukkan dampak yang positif.
Fakta-fakta ini memperkuat rencana implementasi Kurikulum 2013 pada 2014.
Hal itu juga menjadi modal dan
pegangan bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam upaya
terus-menerus memperbaiki implementasi Kurikulum 2013. Pelatihan guru akan
menjadi syarat mutlak dalam implementasi kurikulum ini. Karena itulah, tidak
diizinkan bila sekolah yang gurunya belum mendapatkan pelatihan menyatakan
sebagai sekolah yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Pelatihan guru menjadi kata kunci
karena di dalamnya menyangkut materi proses pembelajaran dan penilaian, yang
pada Kurikulum 2013 melalui pendekatan saintifik.
Dari hasil evaluasi sebelumnya,
maka pada pelatihan yang disiapkan untuk implementasi Kurikulum 2013 di tahun
2014, peran guru inti ditiadakan.
Empat grafik (SD, SMP, SMA, dan
SMK) tentang dampak terhadap Kurikulum 2013 yang diperoleh dari hasil sensus
menjadi kata kunci bahwa perlu upaya Kemendikbud mengawal implementasi
Kurikulum 2013 di 2014. Inilah yang akan disampaikan pada Rembuk Nasional
Pendidikan dan Kebudayaan 2014 di Jakarta, Kamis dan Jumat (6-7/2/2014).
Rembuknas juga akan membicarakan hal teknis lain, di antaranya waktu pelatihan,
sasaran pelatihan, serta penyiapaan dan pencetakan buku.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mohammad Nuh mengakui, penerapan kurikulum baru yang telah dilaksanakan pada
pertengahan 2013 lalu memang masih menyulitkan beberapa pihak terkait, salah
satunya guru. Hal itu diungkapkan Mendikbud pada rapat kerja Komisi X DPR RI di
Senayan, Selasa (4/3/2014).
"Yang paling berat dan
sering dikeluhkan oleh guru adalah mengenai penilaian hasil belajar," ujar
Nuh.
Selama ini, lanjut Nuh, guru
hanya memberikan penilaian secara numerik yang berpatokan pada hasil-hasil
ujian siswa. Sementara itu, pada sistem kurikulum 2013, guru harus memberikan
penilaian secara kualitatif atau deskriptif.
"Selama ini guru yang
mengajar memberikan penilaian selalu numerik kuantitatif. Nah, sekarang ini,
berdasarkan kurikulum ini, diubah dari numerik ke deskriptif," jelas Nuh.
Dengan menemukan kesulitan guru
tersebut, menurut Mendikbud, para guru akan diberikan pelatihan. Namun,
pelatihan tersebut tidak hanya mengenai sistem penilaian, tetapi juga seluruh
sistem yang berlaku pada Kurikulum 2013.
"Kita akan beri jadwal
pelatihan kepada guru. Materinya mulai dari konsep kurikulum. Setiap latihan
guru akan dapat tiga bahan, yaitu petunjuk dari pelatihan itu sendiri, buku guru,
dan buku murid," ujarnya.
Nuh mengatakan, pelatihan
direncanakan akan berlangsung dalam waktu dekat dan diperkirakan selesai
sebelum bulan puasa nanti. Dengan demikian, tidak ada yang mengeluh tentang
beratnya pelatihan saat bulan puasa.
Memang, bicara kurikulum seperti
bicara buah simalakama. Serba salah. Dan serba dianggap tak penting-penting
sekali untuk kelancaran proses pendidikan selama ini. Namun, semua hal jika
dilihat lebih objektif akan terasa manfaatnya jika dilaksanakan dengan benar
sesuai prosedur yang sudah diatur. Tidak ada yang salah dengan perubahan
kurikulum yang terus dikembangkan oleh pemerintah, hanya salah pada penerapan
dan pelaksanaan saja. Kurikulum tidak layak dijadikan kambinghitam dalam
masalah pendidikan dikarenakan perubahan zaman yang terus melaju kencang.
Kurikulum KBK tentu tidak akan cocok diterapkan di tahun 2013 yang semua berbau
teknologi. Di beberapa daerah, siswa lebih peka teknologi dibandingkan dengan
guru. Hal ini tentu jadi pokok permasalahan yang kemudian disimpulkan bahwa
dunia pendidikan benar-benar butuh penyegaran.
Kurikulum 2013 lebih menekankan
pada tiga ranah yang perlu dinilai, jika sudah dilaksanakan Kurikulum 2013
kemudian ketiga ranah tersebut yang digarisbawahi maka Ujian Nasional sudah
bukan lagi acuan kelulusan. Kurikulum 2013 lebih menekankan penilaian pada
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sikap menjadi penilaian paling utama
sebelum menilai kedua hal setelah itu. Dalam Kurikulum 2013 sikap tertuang
dalam Kompetensi Inti (KI) satu sampai empat, dan termuat juga dalam Kompetensi
Dasar (KD) satu dan dua. Pengetahuan baru dimulai pdaa KD tiga dan keterampilan
di KD empat. Dengan demikian, penilaian siswa seluruhnya diserahkan pada sikap
bukan hanya pada kognitif semata seperti pelaksanaan UN selama ini. Kurikulum
2013 akan sangat bertentangan dengan UN jika UN masih dilaksanakan. Alasannya,
tentu saja UN hanya menilai pengetahuan siswa melalui angka-angka tanpa melihat
sikap yang tidak bisa dinilai semudah menorehkan angka-angka.
Dalam Kurikulum 2013 dikenal
dengan pendekatan scientific. Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran
yang mengaktifkan siswa. Pendekatan ini paling tidak dilaksanakan dengan
melibatkan tiga model pembelajaran, di antaranya problem based learning,
project based learning dan discovery learning. Ketiga model ini akan menunjang
how to do yang dielu-elukan dalam Kurikulum 2013.
Pada dasarnya, ketiga model
pembelajaran yang diharapkan terlaksana dalam Kurikulum 2013 tersebut, sudah
dijalankan sebagian guru dalam pembelajaran selama ini. Model pembelajaran
tersebut pun bukan lagi model lama yang mesti dipelajari guru. Kemudian muncul
anggapan bahwa pembelajaran yang terjadi tidak bisa menghadirkan suasana nyaman
pada siswa, hak itu kembali pada proses pembelajaran. Jangan pernah lupa; bahwa
siswa punya tingkatan tersendiri dalam diri mereka. Ada yang diam. Ada yang
aktif. Ada yang bandel. Ada yang malas. Soal kebodohan yang kata yang sama
makna dengannya itu tidaklah ada dalam kamus pendidikan. Bodoh hanya milik
orang-orang malas belajar dan membuang waktu percuma dengan berbagai masalah
yang semakin terlarut dalam waktu.
Maka, pelaksanaan Kurikulum 2013 pun akan
mengalami hal yang serupa di kurikulum terdahulu jika paradigma masyarakat kita
khususnya pelajar masih beranggapan bahwa guru adalah segala. Proses
pembelajaran bukanlah mau guru dan mau kurikulum, guru hanya merencanakan
dengan membuat skenario, kemudian guru menjadi sutradara, tinggal siswa-siswi
yang berperan sesuai karakter yang sudah ditentukan. Hal yang mudah, dan sudah
dilakukan selama ini bukan hanya di Kurikulum 2013 semata.
Lantas? Kenapa Kurikulum 2013
dijadikan patokan majunya pendidikan untuk bertahun ke depan? Hal ini tidaklah
serta merta terletak pada kurikulum semata, kurikulum hanya jembatan menuju
sukses dalam gelap. Pelaksanaannya kembali pada keadaan dan situasi sosial yang
mendukung. Siswa di Ibu Kota akan sangat jauh berbeda kesadaran akan pendidikan
dengan siswa di pedesaan. Siswa di pedesaan akan sangat jauh tertinggal dalam
keinginan belajar dibandingkan siswa di Ibu Kota. Hal ini semestinya juga
dilihat oleh pemangku kebijakan terhadap gubahan Kurikulum, tidak langsung
diubah tanpa menikmati sendiri proses yang selama ini terjadi di daerah
terpencil.
Kurikulum 2013 akan diterapkan pemerintah secara universal dalam waktu dekat.
Terdapat beberapa sekolah yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013 dimulai dengan
kelas sepuluh untuk tingkat SMA. Pada kurikulum 2013 tidak lagi dikenal dengan
jurusan (dahulu IPA dan IPS), melainkan peminatan. Siswa yang masuk di SMA
berkurikulum ini akan ikut tes dengan psikolog untuk menentukan minat dan
bakatnya. Siswa yang lebih suka mengarang tentu akan sulit berinteraksi dengan
pelajaran Matematika. Siswa yang cepat dalam berhitung tentu akan mudah
mempelajari Fisika atau Kimia. Siswa yang senang interaksi dengan banyak orang
tentu akan mudah menalar teori-teori dalam Sosiologi. Tes minat ini akan menentukan
siswa akan masuk ke kelas eksak atau noneksak. Selain kelas minat, siswa juga
bisa memilih pelajaran lintas minat sesuai ketentuan. Pelajaran lintas minat
ini bisa mendukung pelajaran-pelajaran lain yang diajarkan di sekolah. Kecuali
pelajaran wajib seperti Matematika (untuk IPA dan IPS berbeda materi ajar),
bahasa Indonesia maupun Kewarganegaraan, siswa tidak punya alasan untuk
meninggalkannya.
Pelaksanaan Kurikulum 2013
seperti yang sudah dikatakan di atas, dilaksanakan melalui Pendekatan Scientific.
Pada pelaksanaannya pendekatan ini menekankan pada lima aspek penting, yaitu
mengamati, menanya, mencoba, menalar dan komunikasi. Lima aspek ini harus
benar-benar terlihat pada pelaksanaan pembelajaran di lapangan.
1.
Mengamati
Pembelajaran
selama ini cenderung dilakukan dengan metode ceramah. Tidak ada yang salah
dengan metode ini, metode ceramah merupakan dasar melaksanakan setiap kegiatan.
Pada Kurikulum 2013 metode ceramah tidak dilupakan, hanya saja dikurangi
takarannya. Siswa dituntut lebih aktif dalam segala masalah.
Proses
mengamati dilakukan siswa terhadap masalah yang diajarkan. Jika pelajaran
Fisika, Kimia atau Biologi rasanya tidak ada masalah dalam proses mengamati.
Kendalanya tentu pada pelajaran lain yang kurang alat dan bahan sehingga guru
dituntut harus benar-benar paham materi sebelum menghadirkan siswa ke dunia
nyata dengan mengamati sendiri fenomena yang terjadi. Proses mengamati ini
sangatlah penting, di mana siswa menghadirkan angan menjadi nyata. Siswa tidak
lagi mengkhayal dalam setiap pembelajaran, siswa sudah melihat langsung proses
percobaan yang dituntun guru sebelum mencoba.
2.
Menanya
Proses
bertanya sudah bukan lagi barang baru. Siswa yang tidak berani bertanya selama
sekolah akan terus diam terpaku sampai lulus. Siswa yang aktif bertanya akan
terus menanyakan masalah yang tidak diketahuinya. Siswa yang aktif inilah yang
dituntut dalam Kurikulum 2013. Siswa harus bertanya!
Bagaimana
siswa harus bertanya? Hal ini dilakukan guru dengan membuka pembelajaran dengan
menimbulkan masalah. Jika selama ini proses pembelajaran dimulai dengan
pertanyaan apakah, di Kurikulum 2013 yang sangat berperan adalah pertanyaan
mengapa dan bagaimana. Dengan demikian secara tidak langsung siswa sudah
digiring untuk menelaah dan mencari-cari serta menanyakan semua permasalahan
yang menganjal.
Proses
bertanya tidak harus membuka sesi pertanyaan. Siswa berhak bertanya apa pun
masalah yang tidak diketahuinya agar jelas penjelasannya. Pertanyaan siswa akan
mengukur sejauh mana kemampuan mereka menyerap materi yang diajarkan.
3.
Mencoba
Pelaksanaan
Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk mencoba sendiri, ikut terlibat langsung
dalam masalah yang dihadirkan guru. Jika dalam pembelajaran IPA guru memberi
penuntun pelaksanaan percobaan lalu siswa melaksanakan percobaan tersebut.
Dalam pelajaran lain, misalnya pembelajaran agama, siswa akan mencoba
melaksanakan yang diamati. Misalnya, dalam melaksanakan shalat; semua proses
pelaksanaan shalat siswa amati kemudian mencoba melaksanakan shalat, dan
contoh-contoh lain.
Mencoba akan
membuat siswa sadar bahwa materi ajar penting dalam kehidupan mereka
sehari-hari bukan lagi mengejar nilai. Siswa yang mencoba akan paham bahwa
materi yang diajarkan guru berguna untuk mereka.
4.
Menalar
Bagian ini
yang paling sulit untuk sebagian siswa. Siswa dituntut untuk dapat memahami
dengan benar pokok materi yang diajarkan guru. Pemahaman siswa tidak
setengah-setengah yang kemudian menimbulkan keraguan dalam diri mereka. Proses
penalaran inilah yang kemudian membuat siswa mencerna dengan baik, memilah baik
buruk, lalu mendapatkan kesimpulan. Tidak mudah menalar suatu materi ajar
apabila pelajaran yang diajarkan memberatkan mereka. Namun, siswa akan mudah
mencerna pembelajaran jika siswa mampu konsentrasi terhadap pembelajaran yang
sedang berlangsung.
5.
MengKomunikasikan
Hal terakhir
yang diharuskan ada dalam Kurikulum 2013 adalah mengkomunikasikan semua
permasalahan. Dalam hal percobaan IPA siswa bisa mempresentasikan hasil kerja
mereka. Dalam hal agama, siswa bisa maju ke depan kelas mempraktekkan tata cara
shalat dan lain-lain. Sehingga siswa mampu memahami dan menjalankan materi ajar
dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah) :
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika/ penalaran, ukan sebatas
kira-kira atau khayalan saja.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi
edukatif guru-siswa tidak menyimpang dari alur pemikiran logis.
3. Mendorong siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan dan kesamaan dari materi pembelajaran.
4. Menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
5. Mendorong siswa mampu berpikir kritis, analitis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, dan memecahkan serta
mengaplikasikan materi pembelajaran.
6.
Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris
yang dapat dipertanggung jawabkan.
7.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana
dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Langkah – Langkah Pembelajaran pada Pendekatan Scientific (Pendekatan
Ilmiah) :
Dan pendekatan scientific juga
menyentuh 3 ranah, yaitu ; sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan (psikomotorik) Perhatikan diagram berikut.
1. Ranah sikap mengganti transformasi substansi
atau materi ajar peserta didik “tahu mengapa”.
2. Ranah keterampilan sikap mengganti transformasi
substansi atau materi ajar peserta didik “tahu bagaimana”.
3. Ranah pengetahuan sikap mengganti transformasi
substansi atau materi ajar peserta didik “tahu apa”.
Hasil akhirnya adalah peningkatan
dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill)
dan peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Kelima aspek dalam pelaksanaan
Kurikulum 2013 sangat berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya, kelima aspek ini
sudah pernah dilakukan oleh sebagian guru. Namun pendalamannya dilakukan
kembali di Kurikulum 2013 untuk menyegarkan semangat pendidikan Indonesia yang
semakin loyo.
Kurikulum boleh berganti setiap
tahun karena masa juga terus berganti semakin canggih. Yang tidak boleh
berganti tentu saja semangat kerja guru serta penghargaan pemerintah atas jerih
payah guru dalam mendidik. Jangan pula nilai akhir UN dijadikan patokan
keberhasilan seorang siswa. Hasil belajar 3 tahun jadi penilaian 2 jam.
Bagaimana menilai hal ini?
Kurikulum 2013 akan terlaksana,
tepat atau tidak, merata atau hanya di kota saja, semua tergantung kepentingan
pemerintah terhadap pendidikan kita. Kurikulum 2013 akan berhenti di kursi
emasnya jika tidak disosialisasikan sampai ke pelosok oleh pihak berwenang
seperti KTSP.
Percaya atau tidak, kita lihat saja!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar